Sabtu, 27 Mei 2017, disaat umat Islam sedang melaksanakan ibadah puasa Ramadhan hari pertama, sekitar pukul 09.00 pagi terjadi pemadaman listrik oleh PLN. Sekitar pukul 15.00, saya mencoba menghubungi call center 123 guna menanyakan perihal gangguan yang terjadi.
Saya sangat kecewa dengan jawaban dari call center 123, yang tidak bisa memberikan estimasi waktu penyelesaian masalah dan jenis permasalahan yang terjadi secara jelas. Padahal sudah 6 jam listrik padam. Menjelang magrib, saya kembali menghubungi call center 123, tapi hasilnya tetap sama, mengecewakan, menggunakan bahasa yang tidak jelas, 'secepatnya' katanya.
Saya tanya secepatnya itu berapa jam? Call center 123 tidak mampu menjawab. Sampai pimpinan dari customer service pun jawabannya tetap sama, secepatnya. Setelah berbuka puasa, saya kembali menghubungi call center 123. Saya berkali-kali meminta untuk disambungkan langsung ke teknisi atau bagian terkait tapi tidak dikasih, dengan alasan prosedur.
Apakah listrik sudah 12 jam mati kita masih harus mengikuti prosedur? Sekitar jam 24.00 atau setelah 15 jam listrik tak menyala, saya kembali menghubungi call center 123. Setelah sedikit memaksa, saya akhirnya dikasih nomor telepon PLN Tanjung Priok di nomor (021) 6510118. Dari nomor telepon tersebut saya dijelaskan terkait kerusakan yang dialami sejak pagi. Bapak Teguh sebagai bagian dari PLN Tanjung Priok pun sempat mengeluh kepada saya terkait minimnya tenaga yang bertugas saat itu.
Dari Bapak Teguh itulah saya diberitahu bahwa ada petugas PLN yang sedang melakukan pemeriksaan di lokasi kerusakan di sekitar wilayah Kantor RW. 015, Tanjung Priok. Sekitar jam 01.00, saya datang ke lokasi menanyakan perihal kerusakan kepada teknisi. Ternyata petugas masih mencari titik kerusakan. Bayangkan! 15 jam lebih petugas PLN masih mencari titik kerusakan.
Lalu saya mencoba minta didatangkan genset sebagai solusi awal. Akhirnya Bapak Teguh mengiyakan bahwa genset akan dikirim dari Jatinegara. Saya sempat melakukan konfirmasi, apakah genset bisa menyuplai listrik untuk satu kampung, Bapak Teguh menjawab iya, genset yang datang akan sesuai dengan kebutuhan.
Pagi hari sekitar pukul 09.00 atau setelah 24 jam tak menyala, saya kembali ke lokasi dan saya melihat genset seukuran mobil box terparkir di depan gardu. Ternyata genset tersebut tidak bisa digunakan untuk menyuplai listrik karena kapasitasnya tidak sesuai dengan kebutuhan.
Diwaktu yang sama, saya melihat petugas penggalian sedang mencoba untuk menggali tanah kurang lebih sepanjang 5 meter. Saya tanya jam berapa mulai menggali, sekitar jam 04.00 jawabnya. Jadi hampir 5 jam menggali belum selesai. Saya heran, listrik sudah mati 18 jam, petugas penggali tanahnya hanya 3 orang, orang tua pula, kenapa tidak 6 orang atau 10 orang?
Setelah menyampaikan keluhan seperti itu, siangnya baru didatangkan tenaga tambahan. Di waktu yang sama kami dijanjikan genset tambahan oleh Bapak Firman selaku Asisten Manajer via telpon. Dijanjikan oleh Bapak Dasrul selaku Manajer yang datang ke lokasi, sambil berjalan cepat seperti ingin kabur Bapak Dasrul menyampaikan langsung bahwa genset akan datang. Tapi sampai siang hari genset pun tak kunjung datang.
Sampai listrik kembali menyala sekitar pukul 15.00, genset pun tak datang. Memang sepertinya genset tidak pernah diundang untuk datang. Hari ini, Rabu 31 Mei 2017, saya mendapatkan surat permohonan maaf PLN terkait pemadaman listrik yang cukup lama dan juga perihal kompensasi sebesar 35% dari biaya beban, yah 35%.
Saat membaca surat tersebut, saya pikir untuk ganti pulsa saya saja tidak cukup kali yak. Belum penderitaan lain, tidak tidur sepanjang malam, bayi-bayi menangis sampai pagi, sahur dengan sebatang lilin, dan yang paling tidak enak adalah menahan rasa ingin buang air besar. Ya! Tak ada listrik tak ada air bos.
Sangat menyedihkan, disaat sedang banyak keluhan tentang mahalnya tarif, PLN justru menampilkan kualitas yang sangat buruk dalam pelayanan.